Imajiner Hoo-Hoo
1:31 am
Suatu hari saat cuaca
sedang cerah, Gadis Kecil memutuskan untuk berjalan-jalan di hutan seorang
diri. Dengan menenteng tas berisikan bekal makan siang, sebuah buku mengenai
tanaman liar, buku sketsa, dan tempat pensil, Gadis Kecil pun berjalan
menyusuri hutan dengan riang.
Sesekali Gadis Kecil
berdendang, menyanyikan pepohonan, bunga-bunga liar, dan hewan-hewan penghuni
hutan. Terkadang ia singgah memetik bunga-bunga liar yang sedang bermekaran.
Pasti sangat indah jika bunga-bunga ini kutata dalam botol kaca yang di beri
air dan kuletakkan di meja makan dan di meja samping tempat tidurku, pikirnya.
Tak lupa ketika bertemu atau berpapasan dengan penghuni hutan, Gadis Kecil
menyapa dan menanyakan kabar mereka.
“Apa kabar Pak dan Bu
Kijang?”
“Selamat siang Bapak
Pelatuk, apa kabar?”
“Sedang sibuk mengintai
apa Tuan Harimau?”
****
Ketika telah lelah
berjalan, Gadis Kecil pun memutuskan untuk beristirahat dan memakan bekal yang
ia bawa. Setelah melihat sekelilingnya, dia pun memilih duduk pada sebuah
batang pohon yang terbaring di tanah. Lalu ia mengeluarkan kotak makanannya dan
membukanya. Isinya terlihat sangat lezat; nasi putih, sepotong ikan mujair
goreng, tumis kangkung dan sambel belimbing. Makanan kesukaan Gadis Kecil.
Nyam nyam nyam... enak
sekali makan di tengah hutan. Angin bertiup sepoi-sepoi, ranting-ranting
pepohonan seakan-akan menari mengikuti hembusan angin dan lantunan siulan serta
cicitan burung-burung semakin memeriahkan acara makan siangnya. Ia serasa
berada di sebuah perjamuan di sebuah istana para peri-peri alam.
Tak lama, isi kotak
makan itu pun habis tak bersisa. Beberapa remah-remah yang menempel pada kotak
makannya dan sisa-sisa tulang ikan ia berikan pada semut pekerja yang sibuk
mengumpulkan makanan tak jauh dari tempat ia duduk.
“Terimakasih”, kata
semut-semut itu. Singkat saja, karena semut pekerja tidak suka berbasa-basi,
itu membuang waktu bagi mereka.
“Sama-sama”, balas
Gadis Kecil.
Dengan perut yang telah
terisi, Gadis Kecil lalu melanjutkan perjalanannya.
Sebenarnya hendak kemana
Gadis Kecil?
Dia pun belum
mengetahuinya. Dia hanya ingin berjalan-jalan saja, menikmati pemandangan.
Siapa tahu dia menemukan tempat-tempat indah di dalam hutan yang belum pernah
ia datangi bukan? Maka itu dengan semangat yang tinggi ia terus berjalan....
terus berjalan hingga semakin jauh masuk ke dalam hutan. Gadis Kecil tidak
takut kesasar, di lehernya tergantung sebuah kompas yang akan selalu
menunjukkannya jalan pulang. Selain itu, ia bisa menanyakan arah pada
hewan-hewan di hutan, mereka selalu menyukai Gadis Kecil. Bahkan Tuan Serigala
yang licik pun sangat menyayangi-nya.
Tau-tau saja Gadis
Kecil menemukan sebuah daerah yang belum pernah ia datangi. Pepohonan di tempat
itu terbilang cukup rapat, sehingga daerah di sekitarnya cukup gelap. Gadis Kecil
menghentikan langkahnya lalu mengamati sekitarnya. “Wow betapa sunyinya tempat
ini”, bisiknya, tak sadar ia pun berbicara dengan suara pelan. Sepertinya
menyenangkan membaca buku di tempat ini, pikirnya. Tetapi tiba-tiba ia
mendengar suara dari balik semak-semak lebat di sebelah kirinya.
“Hooo... hooo...
hooo...”
Suara apa itu ya?
Sepertinya sangat menyayat hati.
“Haloo... siapa itu?”
Tanya Gadis Kecil sambil mendekati semak-semak itu.
“Hooo... hooo...
hooo...”
“Siapa itu? Ada yang
bisa saya bantu? Halooo?” Tanya Gadis Kecil lagi sambil mulai menyibakkan
kerimbunan semak-semak itu.
“Hooo... hooo...
hooo...”
Olala, ternyata suara
itu berasal dari sebuah sarang burung yang di dalamnya terdapat seekor bayi
burung hantu, yang sepertinya baru saja menetas, dan empat buah telur yang
belum menetas. Kasian sekali bayi burung hantu itu. Dia sangat ketakutan.
Matanya semakin membesar ketika melihat Gadis Kecil dan dia mulai bersuara
“Hooo... hooo... hooo...” lagi.
“Tenang...”, bujuk
Gadis Kecil sambil mendekatkan tangannya ke kepala sang bayi burung hantu dan
kemudian mengelus-elusnya. “Aku seorang teman”, kata Gadis Kecil lagi. Bayi
burung hantu itu pun mulai tenang.
“Dimana orangtua mu
burung kecil?” Tanya Gadis Kecil.
“Huu... Huu..”
“Apakah sarangmu jatuh
dari atas sana?” Tanya Gadis Kecil lagi sambil menunjuk pohon besar di atas
semak-semak.
“Huu... Huu...”
“Ya, pasti begitu,
ceroboh sekali orangtuamu. Dimana mereka?” Ucap Gadis Kecil lagi.
Gadis Kecil pun
memutuskan menemani sang bayi burung hantu dan telur-telur yang belum menetas
itu sampai orangtua mereka yang ceroboh kembali. Sambil terus mengajak bicara sang
bayi burung hantu, Gadis Kecil mengeluarkan buku sketsanya dan mulai
mencoret-coret di atas kertasnya. Jam demi jam pun berlalu. Kedua orangtua bayi
burung hantu itu belum juga datang. Gawat, kata Gadis Kecil dalam hati.
Tuk... Tuk... Tuk...
Sebuah telur bergoyang pelan mulanya, lalu semakin kencang dan mulai retak pada
bagian atasnya. Dan perlahan seorang bayi burung hantu keluar dan
mengerjap-ngerjapkan matanya yang besar. Lucu sekali. Terpesona Gadis Kecil
menyaksikan proses kelahiran itu. Tak sadar ia menahan nafasnya ketika
menyaksikan hal tersebut. Tak lama, dua telur yang lain pun susul menyusul
menetas. Tapi telur terkhir tetap diam tak bergeming.
Seiring dengan
menetasnya ketiga telur burung hantu itu, hari pun semakin mendekati senja.
Orangtua burung-burung kecil itu belum menampakkan dirinya. Gawat, kata Gadis
Kecil lagi dalam hati. Tak mungkin ia meninggalkan bayi-bayi itu begitu saja.
Menoleh kiri-kanan atas-bawah pun percuma, orangtua bayi-bayi ini tetap tidak
kelihatan. Hutan di daerah ini pun tanpaknya tak berpenghuni, tak ada yang bisa
Gadis Kecil mintai bantuan untuk menjaga bayi-bayi ini hingga orangtuanya
datang. Hanya ada pepohonan rapat yang membisu.
“Ah sudahlah kubawa
pulang saja mereka”, kata Gadis Kecil. Tanpa pikir panjang lagi dia pun
mendekap sarang itu dan berlari menuju rumah. Meskipun mengenal para penghuni
hutan, tak bijak berada di dalam hutan hanya di temani empat bayi burung hantu
dan sebuah telur pada malam hari. Tapi meskipun terburu-buru, Gadis Kecil tetap
menyapa para penghuni hutan yang berpapasan dengannya dan menanyakan tentang
keberadaan orangtua bayi-bayi itu, juga menitipkan pesan jika mereka bertemu
dengan orangtuanya agar mengatakan bayi-bayinya berada di rumah kecil di
pinggir hutan.
Setiba di rumah, dengan
napas ngos-ngosan Gadis Kecil membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam.
”Dari mana saja?”
Sebuah suara serak menyapanya.
“Baru saja aku akan
keluar mencarimu. Ku pukir kau tersesat.” Katanya lagi sambil menghampiri Gadis
Kecil dan memberinya pelukan.
“Maaf sudah membuat
Mama khawatir. Di hutan tadi ada kejadian seru.” Jawab Gadis Kecil sambil
melepaskan diri dari pelukan dan berjalan ke meja. Dia pun meletakkan sarang
burung itu di atas meja. Ke empat bayi burung hantu itu terlihat ketakutan dan
mulai bersuara “Hooo... hooo... hooo...” ribut lagi.
“Ya ampun! Apa yang kau
bawa itu?”
“Hooo... hooo...
hooo...” rumah kecil itu pun menjadi berisik sekali.
“Ceritanya panjang, aku
mau istirahat dulu. Bisakah Mama menenangkan mereka?” Dengan letih Gadis Kecil
menuju tempat tidur dan berbaring.
*****
Gadis Kecil tinggal di
sebuah rumah kecil di pinggir hutan. Dia tinggal bersama Mama Beruang cokelat
gendut (semua beruang memang gendut). Rumah itu cukup menampung mereka berdua,
tak besar memang tetapi memadai. Hanya ada dua ruangan pada rumah itu; ruangan
untama yang mencangkup dua tempat tidur, dapur dan meja makan juga sebuah
perapian yang akan menghangatkan malam-malam yang dingin, dan ruangan kedua
adalah kamar mandi. Cukuplah untuk menampung mereka berdua, tapi jika ditambah empat
burung hantu dan sebuah telur lagi?
“Bangun sayang. Ayo
makan dulu!”
Tubuh Gadis Kecil
diguncang-guncangakan lembut oleh Mama Beruang, dengan malas ia pun membuka
matanya.
“Jam berapa ini?” Tanya
Gadis Kecil.
“Jam makan malam.
Tadaaaaa....” Jawab Mama Beruang ceria sambil menunjukkan makanan yang telah
tertata di atas meja. Di atas meja telah tersaji sepiring nasi putih,
tiga-puluh-ekor ikan salmon bakar, semangkuk tumis kangkung, sepiring kecil
sambel belimbing, seteko air dan dua gelas. Juga sebuah botol yang berfungsi
sebagai vas yang diatasnya telah terangkai sebuket bunga yang Gadis Kecil
petik. Melihat makanan yang tersaji di atas meja, Gadis Kecil pun bangun dan
segera menuju meja makan.
“Dimana bayi-bayi itu
Ma?” Tanya Gadis Kecil sambil memandangi seisi rumah, mencari-cari. Ia pun
melihat sarang burung beserta keempat bayi burung hantu dan sebuah telur di
dalamnya di letakkan di atas perapian. Bayi-bayi itu tertidur pulas dan
diselimuti dengan sapu tangan.
“Kok sebutir telur itu
belum menetas Ma?” Tanya Gadis Kecil lagi sambil menyendok kangkung tumis dan
sepotong salmon bakar ke piring yang berisikan nasi dan ia pun mulai makan.
“Aku punya dugaan tapi
entahlah... Mama rasa telur itu masih membutuhkan kehangatan perut induknya.
Makanya mereka ku letakkan di dekat perapian.” Jawab Mama Beruang. Ia pun
kembali sibuk makan, seekor demi seekor ikan salmon ia makan hingga tak ada
lagi yang tersisa. Kemudian ia pun menghabiskan kangkung tumis. Hanya sambel
belimbing yang tidak ia sentuh, Mama Beruang tidak suka makanan yang
pedis-pedis.
“Makanmu sedikit dan sangat
lambat, makanya kau kecil terus sayang.” Kata Mama Beruang lagi yang selalu
terheran-heran melihat Gadis Kecil yang makannya cuma sedikit.
Gadis Kecil cuma tersenyum
dan melanjutkan makannya dalam diam.
“Coba ceritakan
bagaimana kau menemukan mereka.” Pinta Mama Beruang.
Maka Gadis Kecil pun
mulai menceritakan hal tersebut kepada Mama Beruang.
*****
Keesokan harinya
bayi-bayi burung hantu itu sudah tidak lagi merasa takut, mereka telah keluar
dari sarangnya dan bermain-main di seputaran rumah. Sesekali mereka kembali ke
sarangnya di atas perapian dan mengetuk-ngetuk telur itu dengan paruh mereka.
Seakan-akan berkata, “Ayo cepat keluar, kita bermain-main.”
Hingga menjelang sore,
telur tersebut tidak jua menetas. Sebentara itu sedari pagi Mama Beruang keluar
untuk memancing dan mencari kabar tentang keberadaan orangtua bayi-bayi itu.
Gadis Kecil kebagian tugas membersihkan rumah dan menjaga bayi-bayi itu. Sulit
juga membuat rumah tetap rapi dengan keberadaan empat ekor bayi burung hantu
yang sangat lincah. Sebentar-sebentar mereka menjatuhkan ini dan itu sehingga
Gadis Kecil harus selalu siap sedia mengembalikan barang-barang yang terjatuh
di tempatnya semula. Melelahkan sekali, untungnya tak ada barang yang pecah.
Dan tiba-tiba terdengar
bunyi retak, Gadis Kecil pun melompat dari atas tempat tidurnya, tempat dia tadi
membaca buku tentang tanaman liar. Gawat jika bayi-bayi burung hantu memecahkan
sesuatu, pikirnya. Mama Beruang pasti akan sangat marah. Tapi ternyata tak ada
barang yang pecah, bayi-bayi itu pun sedang bergerombol mengelilingi sarang
mereka, tak berjalan ke sana ke mari atau berusaha terbang dengan mengepak-ngepakkan
sayap mereka.
Apa ya yang mereka lakukan? Penasaran Gadis
Kecil pun mendekati perapian. Terkejut, ia mendapati telur itu telah menetas
dan kelima bayi burung hantu itu sedang saling bermain-main dengan cara
mematuk-matuk satu sama lain. Lucu sekali melihatnya.
Ketika Mama Beruang
datang, Gadis Kecil pun menunjukkan bayi burung hantu yang baru saja menetas
itu dan kemudian bertanya perihal orangtua mereka. Mama Beruang hanya
menggeleng sedih dan berkata, “Tidak ada yang tahu tentang keberadaan mereka,
bahkan tidak oleh burung-burung hantu lainnya. Mereka seperti muncul begitu
saja.”.
“Lalu bagaimana?” Tanya
Gadis Kecil mulai cemas.
“Yahhh... Mereka tak
mungkin tinggal di sini, meninggalkan mereka di luar pun terlalu kejam rasanya.
Kita harus mencari siapa yang mungkin bisa membantu kita mengasuh mereka.”
*****
Hari demi hari pun berlalu,
hingga saat itu Mama Beruang dan Gadis Kecil belum menemukan keluarga yang
bersedia mengasuh mereka. Sebentara itu bayi-bayi burung hantu itu telah
bertambah besar dan semakin lucu saja. Gadis Kecil pun telah memberikan nama
untuk mereka berlima. Kalian ingin berkenalan?
LungHoo si sulung.
Dia bayi burung hantu
pertama yang menetas seorang diri dan menangis ketakutan hingga Gadis Kecil
menemukannya. Entah karena hal itu atau memang bawaan dari lahir, LungHoo
adalah burung hantu yang pendiam. Selain pendiam, dia juga penyabar. Dia tak
pernah marah kepada adik-adiknya yang sering jahil dan manja kepadanya. LungHoo
ini yang paling akrab dengan Gadis Kecil.
TiHoo
TiHoo diantara
saudara-saudaranya adalah yang terjangkung juga yang ternakal. Ia sangat usil
dan sering mengganggu saudara-saudaranya, juga Gadis Kecil dan Mama Beruang.
Meskipun nakal tetapi mereka tetap menyayangi TiHoo yang konyol. TiHoo sering
membuat mereka tertawa dengan lelucon-leluconnya dan kekonyolannya.
MuHoo
Dia ini yang termungil
di antara saudara-saudaranya. Karena termungil ia sering di sangka si bungsu.
Dia burung hantu yang manis dan menggemaskan, juga baik hati. Tapi dia mudah
marah jika sesuatu terjadi tidak sesuai yang dia inginkan, dia bisa kesal
berjam-jam jika hal itu terjadi. Tapi setelahnya dia pun akan kembali menjadi
burung hantu yang manis.
DutHoo
Si hobby makan dan
tergendut di antara saudara-saudaranya ini mungkin akan sebesar Mama Beruang
jika saja Gadis Kecil tidak menjatah makanannya. Meskipun gendut, DutHoo ini
lincah, dia bahkan sudah bisa menangkap tikus sendiri. Rumah Kecil pun bebas dari
tikus pencuri karenanya.
SuHoo
Eitsss SuHoo ini Burung
Hantu yang terkecil, bukan leader EXO loh ^^
SuHoo ini malas sekali,
maunya tidur saja. Saudara-saudaranya pun memanjakannya, mengingat butuh waktu
yang lama untuk SuHoo menetas, dan mereka sempat mengira akan kehilangannya.
Jadilah kemalasan SuHoo semakin menjadi-jadi...
Nah itulah ke lima
burung hantu yang menghuni Rumah Kecil bersama Mama Beruang dan Gadis Kecil ^^
Lucu-lucu ya mereka?
Masalahnya semakin
besar mereka, semakin sempit dan berantakan Rumah Kecil. Mama Beruang setiap
hari harus pergi mencari makanan untuk di kumpulkan sebelum musim dingin, dan
Gadis Kecil seharusnya belajar bukannya malah menghabiskan waktu dengan
mengantisipasi kenakalan-kenakalan mereka. Sebentara itu mereka pun belum
mendapatkan yang bersedia untuk mengasuh mereka~
Maukah kalian mengasuh
mereka?
Jika ingin silahkan
menghubungi Gadis Kecil di sini:
Email: Tobowbow@gmail.com
Twitter: @dwianantasari
Line: dweedy
Whatsapp/SMS:
081933925822
Untuk biaya dokumen pengasuhan
satu Imajiner Hoo-Hoo kalian di kenakan biaya cuma: Rp 75.000 Murah bukan?
Maukah kalian membantu Gadis Kecil dan Mama Beruang?
Memang sedih memisahkan
mereka, tetapi akan lebih sedih lagi jika mereka terabaikan dan tak terurus~
Nb: Sedang ingin
menggabungkan hobby menulisku dan memasarkan hasil craft ku ^^
6 komentar
ini maksudnya penggabunggan karya tulis, kerajinan tangan serta jualan. kombinasi yang menajubkan :)
ReplyDeleteHehehe makasih Om Yan ^^ Hanya penggabungan segala minat ^^
Deletewah bagus sekali ya
ReplyDeletesaya tunggu kunjungannya di blog saya :)
sudah saya follow blog anda, jangan lupa follow juga blog saya.
terimakasih, salam kenal saya blogger baru
salam hangat Goglees :)
Terimakasih ^^ dan salam kenal~
Deleteya, ampuuun.... lucu-lucu sekali mereka :D
ReplyDeleteHehehe ia dong ^^ Siapa dulu yang menemukan mereka~
DeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.