Antologi Rasa
10:10 am
Antologi
Rasa
Oleh: Ika
Natassa
Editor:
Rosi L. Simamora
Desain
cover oleh Ika Natassa
Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta,
Agustus 2011
Cetakan
kelima: Juni 2012
344hlm;
20cm
Keara
We’re both
just people who worry about the breaths we take, not how we breathe. How can we
be so different and feel so much alike, Rul? Dan malam ini, tiga tahun setelah
malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, aku di sini terbaring menatap
bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta Rul. Dan kamu
mungkin tidak akan pernah tahu. Three years of my wasted life loving you.
Ruly
Yang tidak
gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin
satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu
adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan
Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue
ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster
membangunkan gue subuh itu dan berkata, “Pak, istrinya sudah sadar,” dan bahwa
gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi saja
terus, Rul.
Harris
Senang
definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue enggak akan
pernah tahu. Karena setiap gue mencoba hal-hal manis yang gue lakukan dengan
perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat
mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, “Harris darling, udah
deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love.”
Thats’s probably as close as i can get to hearing that she loves me.
Keara, Ruly, Harris,
dan Denise bersahabat semenjak mereka ditugaskan di sebuah daerah
antah-berantah oleh kantor mereka. Kebersamaan dan keakraban seiring waktu
berkembang menjadi perasaan suka dan cinta... Yang tak pernah mereka ungkapkan
satu sama lainnya. Tahun-tahun pun berlalu dengan perasaan yang tak pernah
diutarakan itu...
Akankah Keara menyadari
perasaan Harris sebentara ia memendam perasaan terhadap Ruly?
Dan akankah Ruly
menyadari perasaan Keara sebentara ia memendam perasaan terhadap Denise?
Sebentara Denise
akankah menyadari perasaan Ruly?
Dan akankah
persahabatan mereka tetap akan seperti sedia kala?
Baiklah, saya terakhir
kali membaca metropop saat duduk di kelas 2 SMA, itu sekitar lima tahun yang
lalu. Dan semenjak itu saya merasa metropop sudah tidak menjadi genre bacaan
saya lagi, ada kesamaan cara bertutur, masalah “sepele” yang diangkat dan gaya hidup
hedon pada novel-novel metropop yang tidak lagi membuat saya menyukai
membacanya. Dan ini buku metropop pertama yang saya baca semenjak rentang lima
tahun ini. Berawal dari seringnya nama Ika Natassa disebut-sebut, saya pun
tertarik ingin membaca buku-bukunya, tapi ya itu saya masih ragu untuk
membelinya, takut menyesal. Beruntung Dhani memiliki buku ini dan
meminjamkannya kepada saya. Meskipun begitu, butuh waktu berbulan-bulan buku
ini menumpuk di tumpukan buku saya baru saya membacanya. Terlalu banyak buku
yang lebih menarik pada tumpukan itu yang ingin saya baca terlebih dahulu...
Saya menyukai bagaiman
penulis menggunakan sudut padang pertama pada buku, sehingga buku ini
seakan-akan terdiri dari kumpulan cerita, sebuah antologi tentang rasa yang dirasakan
oleh tokoh-tokohnya. Saya menikmati monolog-monolog di buku ini, pembicaraan
sang tokoh pada dirinya sendiri, pada perasaannya sendiri. Membuat kita dapat
lebih memahami, mengerti, dan turut merasakan perasaan sang tokoh.
Dalam segi tema yang sudah
sangat umum tentang persahabat yang berkembang menjadi cinta dan cinta
segi-empat saya tetap menikmati membaca buku ini. Tentang orang-orang bodoh
yang tidak menyadari ada seseorang yang mencintainya sebentara ia
“berdarah-darah” mencintai orang lain, tentang orang-orang bodoh yang terlalu
pengecut untuk mengatakan perasaannya dan berjuang demi perasaannya itu. Yiahhh
buku ini memang tentang orang-orang bodoh itu, yang entah kenapa tidak pernah
bosan untuk kita baca. Mungkin karena di dunia nyata di luar sana banyak
terjadi kisah-kisah tentang orang-orang bodoh ini?
Yang sangat saya tidak
sukai dari buku ini dan kebanyakan buku-buku metropop lainnya, adalah
penggunaan bahasa Inggris yang berlebihan. Bukankah sang penulis adalah orang
Indonesia? Mengapa tidak menggunakan bahasa Indonesia saja dalam tulisannya?
Atau jika memang ingin menunjukkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris,
sekalian saja dia seharusnya menulis novel dalam bahasa Inggris. Saya
menyayangkan penulis-penulis seperti ini, seharusnya mereka berbangga
menggunakan bahasa bangsanya sendiri, dan sekalian menularkan kecintaan
berbahasa Indonesia itu kepada pembaca-pembacanya. Dan ya, anehnya setiap judul
bab dalam buku ini menggunakan bahasa Latin? Dan saya gagal memahami mengapa
sang pengarang melakukan hal tersebut.
Akhir buku ini pun
terkesan terburu-buru. Setidaknya bagi saya, tapi yeah realita kadang memang
seperti itukan? Terburu-buru. Rasanya baru saja kita merasakan bahagia, sekejap
mata tiba-tiba kita pun tersadar bahwa selama ini hanya menipu diri sendiri dengan kebahagiaan yang semu. Tapi
tetap saja rasanya saya tidak ada ketertarikan untuk membaca kembali buku
ini... dan ya syukurlah saya hanya meminjamnya saja. Dan sekali lagi, yeah ini
bukan genre bacaan saya, jadi ya... Saya merekomendasikan buku ini pada pembaca sejati metropop dan yang Inggrisnya jago ^^
"Key, kita mungkin masih belum bisa menerima mengapa ayah kamu diambil Tuhan dari hidup kita secepat ini, kita memang masih sedih, Ibu tahu kamu juga sedang marah sama dunia ini. Tapi Ayah pergi dan kita masih di sini, Key, di mobil ini, hidup berkecukupan, kering dilindungi mobil ini sebentara anak tadi basah kuyup di luar. Sesedih-sedihnya hidup kita dan semarah-marahnya kita sama takdir, masih banyak yang lebih kurang beruntung di luar sana, Keara. Jangan lupa ya!"
_hlm 185
6 komentar
Kirain buku antologi yg penulisnya keroyokan itu. ternyata cerita ttg beberapa cerita ya..
ReplyDeleteHihihi judulnya menipu ya :p Bukan juga si cerita tentang beberapa cerita .-. Jadi menggunakan sudut pandang pertama sehingga seperti terdiri dari beberapa cerita tapi sebenarnya 1 cerita saja ^^
ReplyDeletemetropop yg tebel.. wkt itu saya lama bgt baca ini :D
ReplyDeleteitu juga mengapa saya kurang suka metropop. jadi terasa, yang terjemahan lebih baik dibaca (._.)
ReplyDeleteBuku ini udah cetakan kelima aja, mungkin menarik? Jadi penasaran pengen baca
ReplyDeleteNathalia: Tebel? :O bukannya metropop rata-rata tebelnya segini mbak?
ReplyDeleteAprie: Ia mbak >.<
Wina: Jadi semuanya tergantung selera mbak :p
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.