Arus Balik
2:14 am
Arus Balik
Oleh Pramoedya Ananta Toer
Desain sampul dan sampul depan: Marsha Anggita
Diterbitkan oleh HASTA MITRA
Jakarta, 1995
752 hlm; 21 cm
“Orang bijaksana mengetahui berubahnya jaman
dari pengertian-pengertiannya. Orang yang tidak bijaksana, yang bebal, baru
tahu jaman sudah atau sedang berganti kalau cambukan perang telah mendera-dera
pada punggungnya. Tetapi darah dan keringat yang dikucurkannya sudah sia-sia
belaka bakalnya. Dia akan meregangkan nyawa di mana saja, di ladang, sawah,
jalanan, laut atau darat, untuk kesia-siaan itu. Kesalahannya hanya; bebal, tak
punya kebijaksanaan.”
_Rama Cluring
Semasa jayanya Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan
kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi. Arus
bergerak dari selatan ke utara, segalanya: kapal-kapalnya, manusianya, amal
perbuatannya, dan cita-citanya, semuanya bergerak dari Nusantara di selatan ke
‘Atas Angin’ di utara. Tetapi zaman berubah.....
Arus berbalik – bukan lagi dari selatan ke utara tetapi sebaliknya dari
utara ke selatan. Utara menguasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan
Nusantara.... Perpecahan dan kekalahan demi kekalahan seakan menjadi bagian
dari Jawa yang tiada hentinya.
Adalah Wiranggaleng, pemuda desa sederhana yang karena permainan nasib menjadi tokoh
utama dalam epos kepahlawanan yang maha dahsyat ini. Dia bertarung samapai ke
pusat kekuatan Portugis di Malaka, memberikan segala-galanya, walau hanya
segenggam pasir sekalipun, untuk membendung arus utara.
Masih dapatkah arus balik membalik lagi?
Butuh
waktu setahun saya baru dapat menamatkan buku ini. Bukan dikarenakan ceritanya
yang kurang menarik tetapi lebih karena ketidakrelaan mengakhiri kisah
Wiranggaleng ini. Baru selesai membaca sampai pertengahan buku saya menutupnya,
mengulang-ulang setiap adegan di kepala saya, mencoba memahami “simbol-simbol” yang
ada pada buku ini dan kemudian kembali membacanya dari pertama. Berkali-kali
saya melakukan hal tersebut hinggah memutuskan untuk menamatkannya.
Perihal
meresensi pun seperti itu, banyak yang ingin saya sampaikan tentang buku ini
tetapi saya tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya.
Rasanya di kepala saya itu menumpuk-numpuk kalimat yang saling sorong-menyorong
untuk dituliskan terlebih dahulu, untuk diungkapkan lebih dahulu. Saya jadi
bingung harus menuliskan apa. Maka saya pun membiarkan buku ini tidak diresensi
hingga saat ini...
Saya
begitu menyukai buku ini. Saya menikmati mempelajari sebuah sejarah tentang
negeri kita ini yang dikemas dalam sebuah novel. Ahhh... Pramoedya memang
selalu wah bila menyangkut tulisan-tulisannya. Saya suka tokoh Wiranggaleng
yang begitu mencintai istrinya, Idayu. Yang memperlakukan istrinya sebagai
teman sederajat, yang tetap mencintai istrinya meski telah mengandung anak dari
seorang lelaki lain. Saya sangat suka Wiranggaleng!!! Tokoh lelaki pertama yang
saya cintai dari sebuah buku yang ditulis oleh pengarang Indonesia.
Banyak
kisah yang yang saya temukan dalam buku
ini menghancur leburkan pengetahuan sejarah saya. Saya jadi bingung,
mempercayai buku ini atau buku teks pelajaran sekolah yang saya pelajari
dahulu. Meskipun yahhh pelajaran tentang sejarah masuknya Islam di Jawa dan
pendudukan Portugis saat sekolah diterangkan hanya dalam beberapa halaman yang
tentunya sangat tidak memadai. Ada beberapa hal yang saya garis bawahi di buku
ini yang tentunya dari pemahaman saya atas tulisan yang Pramoedya tuliskan ini;
Pertama,
di awal-awal buku ada sebuah adegan dimana sekumpulan prajurit yang menghancurkan
arca-arca. Ada sebuah patung Ganesha yang mereka ludahi kemudian mereka
gulingkan hingga tenggelam kedalam laut. Hal itu mereka lakukan ketika
kerajaan-kerajaan di Jawa telah mulai memeluk Agama Islam dan arca-arca
dianggap sebagai berhala, sesat, dan tidak sepantasnya ada. Dan perlu diketahui
(bagi yang belum mengetahui), Ganesha menurut kepercayaan Hindu adalah Dewa
Ilmu pengetahuan, kecerdasan, pelindung terhadap segala bencana, dan
kebijaksanaan. Secara tidak langsung Pramoedya ingin mengatakan bahwa ketika
Islam masuk (disertai dengan kebudayaan-kebudayaan Arab), kebijaksanaan
pemimpinnya mulai merosot yang menyebabkan mulai jatuhnya Nusantara.
Kedua,
di buku ini, Pramoedya menceritakan ketika Islam masuk dengan segala
larangan-larangannya (yang tidak jelas mana yang merupakan larangan Allah yang
terdapat dalam Al-Quran dan mana yang merupakan produk budaya Arab), kesenian
mematung dianggap haram yang menyebabkan banyak pematung kehilangan mata
pencaharian. Belum lagi patung-patung yang merupakan hasil kesenian
dihancurkan. Kegiatan kesenian seperti menari, bermain gamelan, dan bernyanyi
dikurangi. Kebebasan masyarakat berpakaian dibatasi, terutama perempuan. Ahh ya
sepertinya Pramoedya ini membenci orang Arab atau tingkah laku kebanyakan orang
Arab, dengan buku ini, sudah dua kali ia menggambarkan orang Arab sebagi orang
yang gila harta, melakukan segala-galanya demi uang, licik, mata-mata, penipu
ulung, dan memandang rendah perempuan. Buku yang satunya lagi adalah Larasati.
“Di sini, Tuan, petani yang sebodoh-bodohnya
tidaklah akan menganiaya bininyakecuali kalau dia memang sudah gila. Jangan
bicara dulu. Di sini, Tuan, seorang istri bukan hanya dianggap istri, juga
sebagai ibunya sendiri, dihormati dan didudukkan di tempat yang dimuliakan.
Hanya orang gila menganiayanya. Sebaliknya seorang istri Tuan, menganggap
suaminya bukan hanya sebagai suami saja, juga sebagai gurunya dan sebagai
dewanya sekaligus. Tuan orang asing di sini. Sahaya sampaikan ini agar Tuan
mengerti, karena semua ini mungkin tak ada dalam ajaran Tuan.”
_Nyi Gede Kati kepada Tholib Sungkar
Az-Zubaid
Ketiga,
adegan dimana Pati Unus yang menyatukan bala tentara di Jawa demi menggempur
Portugis di jantung kekuasaannya, Malaka, diceritakan sedemikian rupa, membuat
saya berdecak kagum dan memahami kegagalan penyerangan tersebut. Maklumlah
informasi tentang penyerangan tersebut bagi saya sangat sedikit diceritakan di
buku-buku sejarah saat bersekolah dahulu. Hanya dikatakan bahwa dengan gagah
berani Pati Unus menyerang Portugis di Malaka tetapi mengalami kegagalan. Kita
tidak diberi informasi bagaiman Pati Unus menyerang dan mengapa ia gagal.
Bukankah itulah tujuan kita mempelajari sejarah bukan? Untuk memahami dan mengambil pelajaran dari
perbuatan maupun kesalahan orang-orang terdahulu. Saya merasa beruntung, sangat
beruntung dapat membaca buku ini.
“Di bandar Banten ia banyak mendengar
percakapan dari perwira-perwira Demak-Jepara. Ada yang mengutuk pandai-pandai
Blambangan. Ada yang menyalahkan Kantommana yang tak melaksanakan perintah. Ada
yang mengatakan, Aceh punya maksud sendiri, hendak menggagahi Malaka buat dirinya
sendiri. Ada yang menyalahkan Tuban yang jelas-jelas telah mengkhianati janji. Dalam
pelayaran menuju Jepara ia kaji semua alasan yang didengarnya dan membenarkan
semuanya. Tetapi juga membenarakan: Adipati Unus satu-satunya orang yang berani
berusaha mempersatukan kekuatan melawan Portugis, dan berani melaksanakan
penyerangan. Kekalahan yang terjadi bukan kekalahan perang, tetapi kegagalan
dalam mengatur kekuatan sendiri. Kemudian ia menyimpulkan: armada gabungan itu
semestinya tidak kalah.”
_Hal 206
Keempat,
bahwa penulis sejarah terkadang “lupa” menceritakan tentang sosok perempuan
dibalik kehebatan seorang pahlawan. Adalah Ratu Aisyah, ibunda Pati Unus yang sebagai
tokoh di balik layar atas keberanian dan kemuliaan pribadi Pati Unus. Bahkan
ketika Pati Unus telah tiada, dialah yang tetap meyakini mimpi Pati Unus dan
berusaha dengan kemampuannya sendiri untuk mewujudkan mimpi Pati Unus untuk
mengusir Portugis dari Malaka.
Kelima,
Kerajaan Demak dalam buku sejarah yang pernah saya pelajari di sekolah, pada
masa pemerintahan Trenggana (di buku Arus Balik disebut Trenggono), adalah
kerajaan yang berjasa besar dalam penyebaran Agama Islam. Dan sekali lagi buku
teks sekolah itu “lupa” menceritakan dengan cara apa dan metode bagaimana
Kerajaan Demak menyebarkan Agama Islam. Kerajaan Demak menjajah dan menguasai
kerjaan-kerajaan di sekitar Jawa dengan cara kekerasan dan paksaan untuk
masyarakatnya agar memeluk agama Islam. Dan Fatahillah sendiri yang terkenal
sebagai tokoh yang mengusir Portugis dari Sunda Kelapa sebenarnya menjajah
Sunda Kelapa itu sendiri, karena sebenarnya Kerajaan Blambangan sama sekali
tidak dijajah oleh Portugis, mereka bersepakat untuk mengadakan hubungan
dagang. Blambangan sendiri bersepakat dengan Portugis karena sepak terjang
Demak yang menguasai daerah-daerah di sekitar Jawa. Dan jika telah sampai di sini, sejarah versi
siapa yang patut saya ikuti?
“Guru-gurumu takkan lupa menyampaikan: yang
buruk datang pada manusia yang salah menggunakan nalar, sehingga nalar yang
buruk memanggil keburukan untuk dirinya.”
_Rama Cluring
“Kerakusan tidak mengenal kenyang, Gusti.”
_Sang Patih
“Kerakusan menyebabkan matinya begitu banyak
orang. Tidak, Pada, kami hanya mau dan ingin menjadi manusia biasa.”
_Idayu
Arus
Balik sendiri adalah bagian dari suatu proyek besar studi sejarah Nusantara
yang dilakukan Pramoedya sebelum di tahan pada 1965. Terpaksa ia menuliskan
hasil risetnya semasa tahanannya di Pulau Buru tanpa membawa sebaris pun
catatannya. Arus Balik ini adalah buku ketiga dari sebuah trilogi, buku pertama
adalah Arok Dedes yang sayangnya belum saya baca dan miliki dan, buku kedua
terlebih sayang lagi, saya tidak mengetahui judulnya dan setahu saya tidak
diterbitkan lagi. Perjuangan memiliki buku Arus Balik ini pun tidak dapat
dikatakan mudah, saya yang tinggal di Makassar mendapatkannya di kios-kios buku
di UI. Itupun ternyata adalah buku bajakan. Duhhhhhhhh....
“Demikianlah cerita tentang seorang anak
desa lain yang mengemban cita-cita menahan arus balik. Berbeda dari anak desa
yang lain, yang seorang ini tidak berhasil, patah di tengah jalan, namun ia
telah mencoba.”
_Hal 743
4 komentar
dapat dimana bukunya???saya mau buku2 Pram :'(
ReplyDeleteperjuangan yang mudah indikasi 234...hhh...but keep spirit
ReplyDeleteperjuangan yang mudah indikasi untuk "234" .but keep reading .hhh
ReplyDeleteKak Dwi: Dapat di kios-kios buku yang di UI kak >.< Tapi buku bajakan juga u.u
ReplyDeleteFerdy: Hiks T_T
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.