The Five People You Meet In Heaven
4:05 am
The Five People You Meet In Heaven
By Mitch Albom
Copyright @ 2003 by Mitch Albom
All rights reserved
Meniti Bianglala
Alih Bahasa: Andang H. Sutopo
Desain Sampul: Eduard Iwan Mangopang
Hak cipta terjemahan Indonesia:
PT Gramedia Pustaka Utama
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, April 2005
Cetakan kelima: April 2011
208 hlm; 20 cm
“Bahwa setiap kehidupan mempengaruhi
kehidupan berikutnya, dan kehidupan berikutnya itu mempengaruhi kehidupan
berikutnya lagi, dan bahwa dunia ini penuh dengan kisah-kisah kehidupan, dan
semua kisah kehidupan itu adalah satu.”
Eddie
bekerja di taman hiburan hampir sepanjang hidupnya, memperbaiki dan merawat
berbagai wahana. Tahun-tahun berlalu, dan Eddie merasa terperangkap dalam
pekerjaan yang dirasanya tak berarti. Hari-harinya hanya berupa rutinitas
kerja, kesepian, dan penyesalan.
Pada
ulang tahunnya yang ke-83, Eddie meninggal dalam kecelakaan tragis ketika
mencoba menyelamatkan seorang gadis kecil dari wahana yang rusak. Saat
menghembuskan nafas terakhir, terasa olehnya sepasang tangan kecil menggenggam
tangannya. Ketika terjaga, dia mendapati dirinya di alam baka. Dan ternyata
alam baka bukanlah seperi yang orang-orang katakan, tidak seperti yang ia
bayangkan, melainkan tempat dimana kehidupan manusia di jelaskan lima orang
yang telah menunggu. Lima orang yang mungkin orang-orang yang kita kasihi, atau
bahkan orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah jalan hidup kita
selamanya, tanpa kita sadari.
“Kematian bukan hanya mengambil seseorang,
tapi juga luput dari orang lain, dan di celah kecil antara kena dan nyaris,
kehidupan berubah.”
_Orang Biru
“Tidak ada kehidupan yang sia-sia.
Satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan
mengira kita hanya sendirian.”
_Orang Biru
Saya
ingat saat pertama kali melihat buku ini berjejer rapi di rak-rak sebuah toko
buku. Saya langsung tertarik dengan sampulnya yang menampilkan foto sebuah
bianglala yang sangat besar, saya ambil lalu saya balik dan tenggelam dalam sinopsisnya.
Saya langsung sangat ingin membelinya segera, tapi berhubung list buku-buku
yang ingin saya beli lumayan panjang, maka saya meletakkan kembali buku ini.
Mungkin lain kalilah, pikir saya saat itu. Lalu ketika sudah tiba saat membeli
buku lagi, entahlah, saya lebih tertarik dengan buku-buku lainnya dan tidak
membeli buku ini, dan buku ini pun selalu berakhir di urutan terakhir list
saya.
Buku
Mitch Albom yang pernah saya baca cuma satu, For One More Day, dan hebatnya
saya lupa sama sekali bagaimana jalan ceritanya ._. Lain kali sepertinya saya
harus membacanya kembali... Mungkin hal inilah yang membuat saya sedikit urung
membeli The Five People You Meet In Heaven. Mungkin karena buku karangan
penulis yang saya baca tidak meninggalkan kesan sehinggah saya melupakannya?
Yang pasti buku ini terus saja memanggil-manggil untuk segera saya beli.
Hinggah ketika selesai menonton film bersama pacar, dan mendapati buku ini di
diskon 20%, saya pun segera membelinya.
Saya
pun tenggelam semakin dalam pada kisah di buku ini. Saya menyukai bayangan
pengarang tentang alam baka dan surga, dimana pada setiap orang berbeda, sesuai
dengan apa yang ia harapkan. Saya suka ia menggambarkan kehidupan-kehidupan
yang saling berkaitan satu sama lain... Saya suka buku ini!!! Dengan hanya
dua-ratus-dua halaman, buku ini memuat hakekat kehidupan yang disampaikan
dengan sederhana, ringan, dan mudah untuk dipahami.
“Kematian? Bukan akhir dari segalanya. Tapi
apa yang terjadi di dunia hanya permulaan”
_Kapten
“Kadang-kadang kalau kau mengorbankan
sesuatu yang berharga, kau tidak sungguh-sungguh kehilangan itu. Kau hanya
meneruskannya pada orang lain.”
_Kapten
Hanya
saja saya kurang mengerti mengapa Gramedia menerbitkan buku ini dengan judul “Meniti
Bianglala”? Apakah ia memetaforakan bianglala sebagai kehidupan itu sendiri?
Tapi mengingat isi buku yang lebih mudah di pahami dan di sampaikan secara
sederhana, mengapa penerbit mengambil keputusan dengan membuat judul sendiri
yang lebih sulit dipahami? Mengapa tidak menggunakan “Lima Orang yang Kau Temui
Di Surga” saja?
“Itu karena tak seorang pun dilahirkan
dengan membawa rasa marah. Dan ketika kita mati, jiwa kita dibebaskan dari
perasaan itu. Tapi sekarang, di sini, agar kau bisa pergi ke tingkat
selanjutnya, kau harus mengerti mengapa kau merasa seperti yang kau rasakan,
dan kenapa kau tidak lagi perlu merasakan hal itu.”
_Ruby
1 komentar
suka :D
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.